Setiap Kamis Pon, pelajar dan Aparatur Sipil Negara (ASN) di Yogyakarta mengenakan busana tradisional gagrak Jawa Ngayogyakarta sebagai bentuk penghormatan terhadap budaya dan sejarah lokal. Tradisi ini memiliki makna mendalam, terutama dalam memperingati Hadeging Nagari Ngayogyakarta, yaitu berdirinya Kesultanan Yogyakarta. Melalui penggunaan pakaian adat seperti surjan, beskap, jarik, dan kebaya, masyarakat diingatkan akan nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh para leluhur.
Menggunakan gagrak Jawa pada Kamis Pon bukan sekadar simbol penghormatan, tetapi juga sarana edukasi dan pelestarian budaya. Bagi pelajar, ini menjadi kesempatan untuk mengenal lebih dekat sejarah berdirinya Yogyakarta dan memahami filosofi di balik busana tradisional. Bagi ASN, tradisi ini memperkuat rasa tanggung jawab sebagai pelayan masyarakat yang menjaga harmoni antara modernitas dan warisan budaya. Pakaian adat yang dikenakan mencerminkan nilai-nilai kesederhanaan, sopan santun, dan kearifan lokal yang menjadi ciri khas masyarakat Yogyakarta.
Dengan diterapkannya tradisi ini, pemerintah daerah Yogyakarta berharap generasi muda dapat terus menghormati dan melestarikan budaya lokal di tengah derasnya arus globalisasi. Selain memperingati Hadeging Ngayogyakarta, penggunaan busana adat juga menciptakan rasa kebanggaan dan kekompakan di antara masyarakat. Tradisi ini menjadi simbol keberlanjutan nilai-nilai budaya dan sejarah yang telah menjadi identitas Yogyakarta sebagai kota budaya.
Sumber :